Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Disorot: Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang saat ini dikenal dengan nama Whoosh, telah menghadapi berbagai tantangan sejak perencanaan hingga akhirnya beroperasi. Kini, rencana perpanjangan proyek tersebut hingga Surabaya, Jawa Timur, mulai mendapatkan sorotan dari berbagai pihak. Direktur Kebijakan Publik Center of Economic and Law Studies (Celios), Media Wahyudi Askar, menilai bahwa pemerintah perlu meninjau ulang rencana tersebut untuk menghindari kesalahan yang sama seperti pada proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Artikel ini akan membahas secara mendetail alasan mengapa proyek tersebut perlu ditinjau ulang dan dampaknya terhadap anggaran negara dan masyarakat.
Tantangan dalam Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sejak awal pembangunannya sudah menghadapi berbagai tantangan, mulai dari masalah pembebasan lahan, keterlambatan pembangunan, hingga pembengkakan biaya. Rencana awal proyek ini mencakup pembangunan sepanjang 150,5 kilometer dengan delapan stasiun. Namun, yang terealisasi saat ini hanyalah 142,3 kilometer dengan empat stasiun, yaitu Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar. Salah satu stasiun, yaitu Stasiun Karawang, baru akan beroperasi pada tahun 2025.
Keterlambatan Operasi Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Kereta cepat Jakarta-Bandung awalnya ditargetkan beroperasi pada tahun 2019, namun rencana ini meleset hingga tahun 2023. Keterlambatan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk masalah teknis dan administratif dalam proses pembangunan. Dampak dari keterlambatan ini adalah pembengkakan biaya yang cukup signifikan, yang kemudian mempengaruhi keseluruhan proyek.
Pembengkakan Biaya dalam Proyek Kereta Cepat
Pada rencana awal, biaya pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung diperkirakan mencapai 5,5 miliar dolar AS. Namun, pada kenyataannya, biaya ini membengkak hingga 7,27 miliar dolar AS. Pembengkakan biaya ini menambah beban anggaran negara dan mengundang banyak kritik terkait manajemen proyek yang dinilai kurang efektif.
Potensi Pembengkakan Biaya pada Proyek Jakarta-Surabaya
Celios menilai bahwa apabila proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya dikerjakan dengan skema yang sama dengan proyek Jakarta-Bandung, ada potensi besar terjadinya pembengkakan biaya yang lebih besar lagi. Mengingat jarak yang lebih jauh dan tantangan yang lebih kompleks, proyek ini diprediksi akan semakin membebani anggaran negara jika tidak direncanakan dan dikelola dengan baik.
Harga Tiket Kereta Cepat yang Tidak Terjangkau
Salah satu masalah besar dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung adalah harga tiket yang dinilai terlalu tinggi bagi sebagian besar masyarakat. Dengan rentang harga tiket Rp 175.000 hingga Rp 600.000, moda transportasi ini hanya dapat dinikmati oleh kalangan masyarakat menengah atas. Ini menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas kereta cepat sebagai solusi transportasi publik yang inklusif dan terjangkau.
Target Pendapatan Kereta Cepat yang Tidak Realistis
Pemerintah menargetkan pendapatan sebesar 62,2 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 961 triliun selama periode 2019-2050 dari operasional kereta cepat Jakarta-Bandung. Namun, untuk mencapai target tersebut, kereta cepat harus mampu mengangkut 398.000 penumpang per hari dari tahun 2025 hingga 2045. Angka ini jauh melebihi jumlah rata-rata penumpang yang bepergian dari Jakarta ke Bandung saat ini, yaitu sekitar 19.000 orang per hari.
Stasiun yang Terbatas Mengurangi Efisiensi Kereta Cepat
Saat ini, kereta cepat Jakarta-Bandung hanya berhenti di empat stasiun, yaitu Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar. Jumlah stasiun yang terbatas ini membuat moda transportasi ini tidak mampu mengakomodasi kebutuhan perjalanan semua orang. Penumpang yang ingin menuju ke lokasi selain empat stasiun tersebut tetap harus menggunakan moda transportasi lain, yang berarti kurang efisien dari segi waktu dan biaya.
Masalah Transportasi Publik yang Belum Terselesaikan
Meskipun proyek kereta cepat dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah transportasi publik, kenyataannya, proyek ini justru menguntungkan kelompok masyarakat tertentu. Hal ini terutama terlihat dari harga tiket yang tidak terjangkau bagi sebagian besar masyarakat dan lokasi stasiun yang terbatas. Jika skema yang sama diterapkan pada proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya, masalah ini kemungkinan besar akan terulang kembali.
Potensi Dampak terhadap Anggaran Negara
Keterlibatan pemerintah dalam proyek kereta cepat tidak lepas dari penggunaan anggaran negara. Celios memperingatkan bahwa proyek Jakarta-Surabaya dapat semakin membebani anggaran negara, terutama jika proyek ini mengalami kendala yang sama dengan Jakarta-Bandung. Pembengkakan biaya dan keterlambatan proyek bisa berdampak signifikan pada alokasi anggaran untuk sektor-sektor lain.
Apakah Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Layak?
Dengan berbagai masalah yang muncul pada proyek Jakarta-Bandung, pertanyaan utama yang muncul adalah apakah proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya benar-benar layak? Celios menilai bahwa pemerintah perlu melakukan kajian mendalam mengenai manfaat jangka panjang proyek ini, serta memperhitungkan risiko-risiko yang bisa muncul di kemudian hari.
Kritik terhadap Kurangnya Evaluasi Pemerintah
Meski berbagai masalah telah diidentifikasi dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, pemerintah tampaknya kurang berminat untuk melakukan evaluasi mendalam sebelum melanjutkan proyek ke tahap berikutnya. Kritik ini disampaikan oleh berbagai pihak yang menilai bahwa pemerintah seharusnya lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan terkait proyek infrastruktur besar seperti kereta cepat.
Evaluasi Proyek Sebagai Prioritas Pemerintah Berikutnya
Celios menegaskan bahwa evaluasi proyek kereta cepat harus menjadi catatan penting bagi pemerintahan berikutnya. Proyek ini harus dilihat sebagai pelajaran bagi pemerintah dalam mengelola proyek infrastruktur yang melibatkan dana besar dan berdampak luas bagi masyarakat. Tanpa evaluasi yang tepat, risiko pembengkakan biaya dan kegagalan operasional dapat terulang kembali.
Solusi Alternatif untuk Masalah Transportasi
Selain kereta cepat, ada berbagai alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah transportasi di Indonesia, terutama antara Jakarta dan Surabaya. Peningkatan infrastruktur jalan tol, perluasan jalur kereta konvensional, dan peningkatan kualitas layanan transportasi umum adalah beberapa solusi yang bisa lebih efisien dan terjangkau bagi masyarakat.
Risiko Sosial dari Proyek Kereta Cepat
Selain dampak terhadap anggaran negara, proyek kereta cepat juga berpotensi menimbulkan risiko sosial, terutama dalam hal aksesibilitas. Apabila harga tiket tetap tinggi, proyek ini hanya akan dinikmati oleh kalangan masyarakat tertentu, sementara masyarakat kelas bawah akan tetap kesulitan mengakses moda transportasi yang layak.
Proyeksi Jangka Panjang: Jakarta-Surabaya
Jika proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya tetap dilanjutkan, pemerintah perlu membuat proyeksi jangka panjang yang realistis terkait pendapatan, jumlah penumpang, dan biaya operasional. Mengingat pengalaman dari proyek Jakarta-Bandung, proyeksi ini harus mempertimbangkan semua variabel yang mungkin mempengaruhi keberhasilan proyek.
Keterlibatan Swasta dalam Proyek Kereta Cepat
Pemerintah juga perlu mempertimbangkan keterlibatan swasta dalam proyek kereta cepat. Keterlibatan sektor swasta dapat membantu mengurangi beban anggaran negara dan mempercepat pembangunan. Namun, keterlibatan ini harus disertai dengan pengawasan ketat untuk menghindari konflik kepentingan dan pengelolaan yang tidak transparan.
Manfaat Ekonomi yang Tidak Merata
Meski kereta cepat diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi, manfaat ekonominya mungkin tidak merata. Daerah-daerah yang tidak dilalui oleh jalur kereta cepat bisa tertinggal dalam hal pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah perlu memastikan bahwa pembangunan infrastruktur transportasi dapat memberikan manfaat yang merata bagi semua daerah.
Respons Pemerintah terhadap Kritik
Hingga saat ini, belum ada respons resmi dari pemerintah terkait desakan untuk meninjau ulang proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya. Namun, dengan meningkatnya sorotan publik terhadap masalah dalam proyek Jakarta-Bandung, pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah yang lebih hati-hati dalam melanjutkan proyek ini.
Potensi Kerugian Jangka Panjang
Jika proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya tidak direncanakan dan dieksekusi dengan baik, potensi kerugian jangka panjang tidak dapat dihindari. Proyek yang tidak menghasilkan pendapatan sesuai target hanya akan menjadi beban bagi negara dan masyarakat.
Kesimpulan
Proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya perlu ditinjau ulang secara serius sebelum dilanjutkan. Pengalaman dari proyek Jakarta-Bandung menunjukkan banyak masalah yang harus diperbaiki, mulai dari pembengkakan biaya hingga keterlambatan operasional. Dengan evaluasi yang tepat dan pendekatan yang lebih hati-hati, pemerintah dapat memastikan bahwa proyek kereta cepat benar-benar memberikan manfaat yang maksimal bagi seluruh lapisan masyarakat.
Referensi
- Center of Economic and Law Studies (Celios) – Laporan “10 Lubang Fiskal Warisan Pemerintahan Joko Widodo”
- Detikcom – Berita tentang perkembangan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung